Rabu, 20 September 2006 -- Singapore ini bener-bener deh. Panas terik. Eh, tiba-tiba hujan. Lumayan deras lagi. Sebentar. Terus panas lagi. Mungkin ini karakterisitik negara pulau. Bicara soal hujan, ga ada yang ngalahin Bogor. Di buku Guinness book of Record Bogor –dengan nama Buitenzorg- tercatat sebagai kota yang tersering turun hujan. Konon dalam setahun pernah turun hujan 364 kali hari hujan. Jadi hampir ga ada hari tanpa hujan. Ingat Bogor, inget Ngohiang Gang Aut, Asinan, Soto Mie, Toge goreng. Duh.
Kegiatan hari ini biasa saja. Siang bersama teman pemuda, ke kantor Fellowship of Evangelical Student (FES) di daerah Upper Bukit Timah. Perkantasnya sini. Ga jauh dari rumah. Nemuin seorang nara sumber yang akan pimpin sebuah pembinaan di GPBB. Kita Ngobrolin tentang arah dan tujuan pembinaan. Sore ada rapat bidang pembinaan. Dan malam ada percakapan majelis jemaat dengan calon mempelai.
Tadi sore sempet makan bareng dengan teman. Seperti biasa sambil ngobrol tentang banyak hal. Salah satu topik pembicaraan adalah tentang kearakabran pendeta dengan jemaatnya. Kedekatan itu perlu. tapi hati-hati jangan sampai menjadi "personal". Dalam arti "terlalu" dekat. Segala sesuatu yang terlalu, biasanya tidak baik. Sebab konon, kawan "terbaik" kadang bisa menjadi "musuh" terburuk. Pengalaman menunjukkan orang-orang yang sangat dekat, bila kemudian jadi "berseberangan", entah karena keinginannya ga terpenuhi atau apa, bisa jadi batu kerikil paling tajam. Maka lebih baik, kedekatan biasa-biasa sajalah.
Saya sedang mempersiapkan buku tentang sepakbola. Sudah ada 20 judul tulisan. Isinya singkat, reflektif dan informatif. Dari sepakbola ternyata kita bisa menarik pelajaran begitu banyak tentang bagaimana "hidup lebih baik". Sangat interesan sebetulnya. Saya sempet SMS-an dengan seorang teman di Jakarta. Bicarain kemungkinan tulisan saya tentang sepakbola dimuat secara rutin di sebuah tabloid di Jakarta. Terus imel-imelan dengan redaktur pelaksananya. Masih lagi “menyamakan visi”. Tapi kalopun nggak, saya berharap tulisan-tulisan itu tetap bisa dibukukan.
Kegiatan hari ini biasa saja. Siang bersama teman pemuda, ke kantor Fellowship of Evangelical Student (FES) di daerah Upper Bukit Timah. Perkantasnya sini. Ga jauh dari rumah. Nemuin seorang nara sumber yang akan pimpin sebuah pembinaan di GPBB. Kita Ngobrolin tentang arah dan tujuan pembinaan. Sore ada rapat bidang pembinaan. Dan malam ada percakapan majelis jemaat dengan calon mempelai.
Tadi sore sempet makan bareng dengan teman. Seperti biasa sambil ngobrol tentang banyak hal. Salah satu topik pembicaraan adalah tentang kearakabran pendeta dengan jemaatnya. Kedekatan itu perlu. tapi hati-hati jangan sampai menjadi "personal". Dalam arti "terlalu" dekat. Segala sesuatu yang terlalu, biasanya tidak baik. Sebab konon, kawan "terbaik" kadang bisa menjadi "musuh" terburuk. Pengalaman menunjukkan orang-orang yang sangat dekat, bila kemudian jadi "berseberangan", entah karena keinginannya ga terpenuhi atau apa, bisa jadi batu kerikil paling tajam. Maka lebih baik, kedekatan biasa-biasa sajalah.
Saya sedang mempersiapkan buku tentang sepakbola. Sudah ada 20 judul tulisan. Isinya singkat, reflektif dan informatif. Dari sepakbola ternyata kita bisa menarik pelajaran begitu banyak tentang bagaimana "hidup lebih baik". Sangat interesan sebetulnya. Saya sempet SMS-an dengan seorang teman di Jakarta. Bicarain kemungkinan tulisan saya tentang sepakbola dimuat secara rutin di sebuah tabloid di Jakarta. Terus imel-imelan dengan redaktur pelaksananya. Masih lagi “menyamakan visi”. Tapi kalopun nggak, saya berharap tulisan-tulisan itu tetap bisa dibukukan.
No comments:
Post a Comment