Sunday, September 03, 2006

Catatan Harian

Day - 211

Sabtu, 2 September 2006 -- Kemarin pulang kantor saya salah naik bis. Asyik telepon dan SMS jadi naik bis yang salah. Baru sadar setelah agak jauh. Koq jalannya lain. Terus turun deh. Nyeberang. Nunggu bis yang sama arah sebaliknya. Tapi lama banget. Padahal malamnya kan ada acara lagi. Jadi naik taxi. Eh, taxi pertama sudah naik. Sopirnya bilang ga tahu Hillview. Sudah saya jelasin, dekat Bukit Timah. Biasanya sopir taxi sudah tahu kalau dibilangin Bukit Timah. Ia tetap bilang ga tahu. Kalau mau saya tunjukin jalannya. Akhirnya saya turun. Saya naik taxi lain. Taxi kedua langsung oke.

Waktu kemudian saya cerita ke teman. Ia bilang sopir pertama tadi sengaja “nakal”. Ga mungkin ga tahu. Apalagi sopir taxi pasti kan bawa peta. Ia mungkin ga mau karena jarak dekat. Emang sih dengan taxi dari tempat saya turun sampai rumah cuma sebentar sekali. Teman saya bilang, taxi di sini kadang ada juga yang nakal. Resep ia kalau naik taxi ingetin saja nomor taxinya. Sebab peraturan di sini keras. Kalau sampai dlaporkan bisa kehilangan ijin kerja. Peraturan yang tegas dan jelas, itu salah satu yang bikin Singapore menjadi negara yang relatif aman.

Hari ini seperti biasa ngantor. Siang sempat ikut makan bareng dengan remaja di food court depan gereja. Terus ngajar katekisasi. Lanjut pimpin persekutuan pemuda. Sebelum pulang sempet makan malam bareng juga dengan pemuda. Acara makan bareng tuh sangat biasa. Maklum kan sebagian besar “anak kost”. Ini menjadi acara rutin dan justru sangat bagus buat keakraban dan kebersamaan. Kadang kita sulit cari waktu ketemu. Pakai jam makan siang atau malam. Sambil ngobrol.

Besok ga ada tugas khotbah. Rasanya lega benget. Inilah pertama kali dalam dua bulan hari minggu saya ga khotbah :). Rasanya seperti orang yang bisa berisitirahat dengan tenang gitu. Hehehe. Main sama anak-anakpun terasa “lebih lepas” gitu. Ga “dibebani” pikirin besok. Sampai ketiduran dalam kelegaan. Hehehe. Tengah malam hampir subuh terbangun. Di Indonesia kalau jam-jam segini terbangun tinggal setel TV. Akhir minggu kan biasa ada sepakbola. Di sini TV acaranya standar-standar saja. Baru sadar betapa di Indonesia kita tuh sangat dimanjakan TV. Sepakbola ada liga Italy, Spanyol, Inggris. Belum special F1. Atau moment khusus olahraga lain kayak tenis dan tinju. Kita bisa nonton bebas. Di sini mana ada televisi siarin acara-acara “mahal” begitu. Kalau mau nonton pasang TV Cable. Bayar. Mana ada negara yang memanjakan masyarakatnya dengan acara TV selain Indonesia kan. Jadi siapa bilang Indonsia itu “krisis”?

No comments: