Day - 205
Jumat, 8 September 2006 -- Bangun agak kesiangan. Malam tidur sampai jam 4-an. Ngetik. Karen minta ditemenin berenang. Saya ga bisa. Harus ngantor. Ia ngambek. Saya pergi ia ga mau dadah-in. Saya kira anak-anak perlu juga diajar, bahwa ga semua keinginannya bisa terpenuhi. Saya ga setuju kalau orang tua sampai perlu “ngada-ngadain yang ga ada” demi memenuhi keinginan anak. Apalagi kalau demi meredakan tangisan mereka. Anak-anak ada kalanya perlu belajar kecewa. Dengan demikian ia belajar hidup.
Ada teman dari Indonesia yang pengen konseling. Tadinya mau telepon, tapi agak susah telepon panjang lebar di kantor. Apalagi untuk keperluan konseling yang bersifat personal. Ruang kantor saya tuh kan setengah terbuka. Terhubung dengan ruangan teman-teman lain. Jadi ga mungkin telepon tanpa kedengaran gitu. Jadi kita chatting. Sejam setengah lebih kita chatting. Di zaman serba canggih sekarang, teknologi bisa mendekatkan jarak. Sekaligus memberi solusi. Walau ga jarang, teknologi jadi sumber masalah juga :).
Salah satu kendala di sini tuh keterbatasan ruangan. Ga punya ruang khusus untuk kosneling. Di sini ada tiga kongregasi; Mandarin, Inggris dan Indonesia. Ruangan dipakai bersama. Kalau hari minggu pasti penuh deh. Kalau malam juga agak strict. Ga bisa lewat jam 11 malam. Bagusnya semua kegiatan gereja jadi lebih terstruktur dan terjadwal. Kadang dalam keterbatasan itu kita jadi bisa belajar ngehargai apa yang ada. Dan terlatih menggunakannya dengan efektif dan efisien. Dipikir dan dirasa, betapa beruntungnya gereja di Jakarta yang punya fasilitas gedung sendiri. Bahkan pendetanya pun punya ruangan konseling sendiri.
Siang ngajar katekisasi. Terus malam dampingi kelas Binaria. Kali ini temanya "Mars and Venus". Pembicaranya salah seroang psikolog anggota jemaat. Saya dan teman mengantar dan mendampingi diskusi. Semacam moderatorlah. Menarik juga, terutama ketika membahas sebuah quiz tentang "bahasa cinta". Setiap orang diminta mengisi "bahasa cinta"nya: Loving word, thoughtful presents, physical affection, quality time, dan kind action. Terus masing-masing diminta ngasih nilai, mulai dari yang paling penting sampai yang paling ga penting menurut mereka. Ada satu pasangan, yang ceweknya menganggap bahasa cinta paling penting tuh physical affection. Cowoknya justru menganggap physical affection tuh paling ga penting buat dirinya. "Latihan" yang bagus :).
No comments:
Post a Comment