Rabu, 13 September 2006 -- Pagi bersama teman, pendeta yang sedang studi singkat di Trinity Theology College, ngelawat teman pendeta yang tengah dirawat di Mount Elizabeth Hospital. Kabarnya teman pendeta itu tadinya ke Singpaore temeneni istrinya yang berobat karena ada sirosis. Sekalian ia juga chek up. Ternyata istrinya sudah membaik. Virus dalam tubuhnya berkurang, sementara antibodinya naik. Malah ia diindikasikan ada penyakit jantung yang kalau ga segera ditangani bisa fatal. Ia sendiri selama ini merasa sehat-sehat saja. Naik tangga pun ga sampai “ngos-ngosan” katanya. Ia sudah pernah chek up di Surabaya, tapi dokter di sana bilang ga pa-apa. Cuma kolestrol. Bingung juga. Koq bisa penyakit parah, ga bisa terdeteksi begitu ya.
Dari ME kita berpisah. Teman saya itu ada keperluan lain. Saya ke gereja. Naik MRT terus sambung bis. Ngantor. Ga ada acara khusus. Kalau ga ada acara khusus begini, di kantor paling baca imel. DI GPBB banyak sekali milis. Mulai dari milis Sekolah Minggu, Komisi Keluarga Muda (ada dua pengurusnya dan jemaatnya), Komisi Pemuda, Majelis Jemaat GPO-GPBB, Badan Pengurus GPBB (ada dua BPH-nya dan semua anggota MJ-nya), dan lain-lain. Kalau dihitung-hitung lebih dari 10. Belum japri dengan CC ke beberapa orang. Sehari tuh imel rata-rata 50-an.
Dari ME kita berpisah. Teman saya itu ada keperluan lain. Saya ke gereja. Naik MRT terus sambung bis. Ngantor. Ga ada acara khusus. Kalau ga ada acara khusus begini, di kantor paling baca imel. DI GPBB banyak sekali milis. Mulai dari milis Sekolah Minggu, Komisi Keluarga Muda (ada dua pengurusnya dan jemaatnya), Komisi Pemuda, Majelis Jemaat GPO-GPBB, Badan Pengurus GPBB (ada dua BPH-nya dan semua anggota MJ-nya), dan lain-lain. Kalau dihitung-hitung lebih dari 10. Belum japri dengan CC ke beberapa orang. Sehari tuh imel rata-rata 50-an.
Di sini komunikasi imel sangat aktif. Sehari ga buka imel, bisa numpuk tuh. Saya diajar untuk tiap imel yang perlu dibalas, balas hari itu juga. Sehari kelewat sudah ganti dengan topik lain. Atau ya numpuk. Komunikasi via imel ini jelas ada untungnya: lebih cepat, lebih praktis. Tapi juga ada ruginya: pesan bisa bias. Komunikasi ga hanya yang “tersurat”. Tapi juga yang “tersirat”. Banyak hal yang ga bisa dikomunikasikan secara jarak jauh begitu.
Siang Dewi telepon Kezia harus ke dokter mata di sekolah. Karen ga ada yang tungguin pulang sekolah. Jadi saya pulang lebih siangan. Malam ke GPO. Board of Management Meeting. Ini rapat dua bulanan. Presbitry bahasa Inggris. Mungkin semacam rapat Badan Pekerja Majelis Klasis-nya kalau di GKI. Sampai rumah jam 10-an.
No comments:
Post a Comment