Hati saya galau. Jam 2.00 tidur jam 3.30 kebangun. Ga bisa tidur lagi. Baca buku ga konsen. Setel TV males. Jadi buka komputer.
Saya kepikiran terus seorang teman. Ia “teraniaya” lahir batin. Ia ingin lepas. Tapi toh ia ga juga melepaskan diri dari “penjaranya” itu. Okelah kalau ia emang ga bisa. Tapi ia bisa koq. Kalau mau. Ia punya semua prasyarat untuk hidup produktif. Okelah kalau demi sebuah mission luhur. Tapi ia, untuk apa?!
Demi reputasi? Sebegitu mahalkah sebuah reputasi? Sehingga harus dibangun di atas puing-puing hidupnya. Demi keluarga? Tapi, betulkah keluarganya setega itu; rela mendirikan kebanggaan di atas penderitaan dirinya? Melukis tawa di atas kanvas tangisan dirinya? Andai keluarganya tahu keadaan dan perasaan ia yang sesungguhnya. Tidakkah ia tengah membangun “istana mimpi” buat mereka?!
Atau karena cinta? Sebab, bukankah hanya cinta yang bisa membuat derita serasa embun sejuk? Deraan serasa belaian lembut? Dan hinaan serasa nyanyian merdu? Ah, betapa absurdnya cinta. Sumir. Dan samar.
Saya gereget sekali. Saya tahu ia ga sendiri. Saya kenal beberapa orang dalam posisi seperti ia. Secara fisik merdeka, tapi jiwa terpenjara. Terpenjara oleh harapan orang lain. Terpenjara oleh ketakutan sendiri. Terpenjara oleh cinta buta. Tuhan kiranya memaafkan ia, atas apa yang ia lakukan terhadap dirinya.
9 comments:
apakah berharga menderita sedemikian karena cinta buta?
sahabat bapak pasti senang sekali. Abiz,pak ayub ngga bisa tidur demi mikirin temannya. Benar-benar luar biasa punya hubungan pertemanan yang demikian. Saya berharap ada teman yang mau mikirin kesulitan saya seperti pak ayub terhadap temannya. Itulah sahabat. Semua teman bapak dipikirin begitu, bapak bisa sakit,lo :((
hihi... betul tu mba septian. abah ayub contoh sohib yang baik...
trus bicara soal penjara. agaknya itu pembicaraan yang ngeri ya? apapun makna "penjara", konotasinya pasti jelek. termasuk "penjara" yang diceritain abah ayub.
soalnya (berdasarkan pemikiran jelek) cuma ada 2 tipe orang yang bebas dari "penjara" :
1. ingin merasa bebas sebebasnya. sekian lama terkekang, sejak pembebasan itu tiba, dia ga mau dikekang lagi oleh siapapun. kapok. biasanya yang gitu2 akan jadi penentang, konfrontal, memisahkan diri.
2. jadi traumatis. karena terlalu lama terkekang di "penjara", maka pikiran perasaannya keterusan kerasa terkekang, meski faktanya skr sudah tidak "terpenjarakan" lagi. permanensi pengalaman "terpenjarakan". yang ginian biasa jadi gampang tunduk sama orang lain, penakutan, minder.
karena itu mari kita serukan:
"penjara" itu horor!!
dan kita usahakan:
segera bebaskan mereka dari "penjara"!!
salam,
pram
pram ini ga nyambung deh.
septian, ada loh orang2 yang sampai sekarang hidup dalam "penindasan" di rumahnya sendiri. untuk mereka simpati dan empati kita.
Salut untuk pak ayub yang telah berhasil membebaskan dirinya sendiri dari "penjara". saatnya memberikan pencerahan kepada yang lain. tul ga pak?
kadang memang pressures itu kita sendiri yang bikin-bikin...
tapi apa kalau ambisius itu tidak berserah ?
kalau berserah dan hidup santai tanpa mengejar ambisi, gimana kita yakin kalau kita sudah mengembalikan talenta sebanyak yang Tuhan sudah percayakan ke kita ?
manusia itu mahluk paling "fragile". Ambisi itu bagus tapi kadang susah ngontrolnya,suka kebablasan. Bilangnya sih mengembalikan talenta, padahal yang dikejar harga diri dan kesombongan. Tapi kalo ga ambisi juga salah. Jadi musti gimana dong?
john, saya koq ga yakin ada manusia yang bisa lepas dari "penjaranya". setiap orang punya penjaranya masing2. saya juga.
gbee, menurut sasya berserah ga sama dengan menyerah. berserah berarti berusaha sebaik-baiknya dan menerima apa pun hasilnya dengan legowo.
mas calvin, betul ambisi itu pada dasarnya oke2 saja, sejauh kita ga jadi ambisius. ambisi baik selama ia menjadi pelayan, tapi bahaya kalau ia sudah jadi tuan, kan?
thx rekans, ini diskuis yang menarik.
hehe... forum diskusi yang menarik kan musti diselingi dengan sesuatu yang kaga nyambung. biar afdol.
lagian mumpung gw masih bisa "ga nyambung"
salam aji mumpung,
pram
Post a Comment