Saturday, April 29, 2006

Renungan Sabtu - 02b


Salomo - lanjutan

Itulah Salomo dengan segala kebesaran dan kebijaksanaannya. Sungguh seorang anak muda yang lengkap. Idaman setiap orang. Boleh dibilang tidak ada celanya. Tetapi tahukah Anda bagaimana perjalanan hidup Salomo kemudian? Sebuah tragedi!

Dalam 1 Raj. 11:1-13 ditulis bagaimana Salomo jatuh ke dalam penyembahan berhala. Dia banyak mencintai perempuan asing, yang membuat hatinya berpaling dari Tuhan. “Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan Amin, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan, seperti Daud, ayahnya.” (Ayat 5-6).

Karena perbuatan Salomo itu, anak cucunya turut menanggung akibat. Kerajaan Israel setelah Salomo terpecah menjadi dua; selatan dan utara. Tidak pernah akur. Penuh intrik dan politik. Masa-masa keemasan Israel Raya hanya tinggal kenangan. Musnah sudah kejayaan yang telah dengan susah payah dibangun oleh Daud. Bangsa Israel bahkan sempat menjadi bulan-bulanan, dibuang ke negeri Babel. Sungguh sebuah akhir yang menyesakkan.

*
Lantas apa yang bisa kita pelajari dari kisah hidup Salomo? Pertama, pasangan hidup yang salah, bisa membawakan kita kedalam tragedi. “Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta……….. istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain.” (1 Raj. 11:2b, 4). Barangkali tepat kalau dikatakan, Salomo telah dibutakan oleh cinta. Sehingga akhirnya dia kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya: iman.

Kedua, mengendalikan diri (self control) itu perlu. Tanpa pengendalian diri, kita akan mudah tergelincir kedalam kehancuran. Kekuasaan dan kekayaan Salomo amatlah besar (1 Raj. 10:14-29). Dengan kekuasaan dan kekayaannya itu, boleh dikata, Salomo dapat memperoleh apa pun yang diinginkannya. Bayangkan, Salomo sampai memiliki 700 istri dari kaum bangsawan dan 300 gundik (1 Raj. 11:3). Seperti apa gaya hidup Salomo, Alkitab memang tidak secara jelas mengungkapkannya. Tetapi dengan jumlah istri dan gundik sebanyak itu, ditambah kekuasaan dan kekayaan begitu besar, Salomo seumpama mobil super mewah – serba canggih, nyaman, dan menyenangkan – tetapi tidak memiliki rem. Blong.

Ketiga, seseorang yang sejak mudanya berperilaku baik, bahkan juga rajin dan taat menjalankan kewajiban agama, tidak serta merta seterusnya akan menjadi orang baik-baik. Manusia itu bisa berubah. Kalau tidak waspada, ia juga bisa jatuh terjerumus ke jalan yang salah. Pada waktu muda Salomo adalah seorang yang berhikmat; semua orang mengaguminya (1 Raj. 10:24), tetapi pada waktu tuanya Salomo toh bisa jatuh kedalam dosa (1 Raj. 11:4). Maka, seperti nasihat Petrus, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Pet. 5:8).

** Dari buku Bila Cinta Menyapa: Ayub Yahya

3 comments:

Anonymous said...

inspiring..perenungan yang baik tentang diri dan perubahan.. tentang ketaatan dan kesunggguhan .. bisa jadi bahan renungan juga nih hahaha...musti baca bukunya hehehehe....

ayub yahya said...

setujuu... mesti baca bukunya hehehehe

Anonymous said...

perempuan memang godaan terbesar bagi cowok he3. Salomo yang maha berhikmat aja bisa jatuh gara2 cewek.... apalagi....