Hari ini ga ada kegiatan penting keluar. Pagi setelah temenin Dewi antar Kezia dan Karen sekolah, saya terus di rumah. Ngetik. Ada beberapa naskah tulisan yang belum kelar. Termasuk rancangan kotbah Hari Doa Alkitab 2006 permintaan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Saya ini aneh. Kalo lagi santai begini, ide nulis malah susah keluar. Kalo lagi sibuk, baru deh ide mengalir. Makin sibuk makin deras. Yang begini-begini ini nih yang bikin repot. Ga klop. Tapi hidup emang ga selalu klop kan. Itulah gunanya “seni hidup” :).
Saya baca di Koran Sindo, ada “teknologi ikhlas”. Semacam program pelatihan yang bisa membuat orang hidup tanpa beban; menerima segala hal apa adanya. Asyik tuh, kalau benar. Kebahagiaan itu kan ga terletak di luar diri kita, tapi di dalam hati kita. Kalo hati kita dilimpahi rasa syukur, “ikhlas”, ga ada benci ato niat buruk terhadap orang laen, kita akan bahagia. Cuma untuk begitu tu, ya ga gampang.
Malam Dewi latihan Paduan Suara. Saya di rumah bersama Kezia dan Karen. Kita main kartu UNO. Terus main “Cacabulange”. Itu permainan anak-anak, waktu saya kecil di Bandung. Inilah saat-saat terindah dalam hidup saya. Thank God untuk Kezia dan Karen.
3 comments:
jadi, jauh dari keikhlasan adalah penghalang manusia menemukan kebahagiaan?
salam,
pram
Hhh.. lega rasanya ngeliat bapa santai. Tapi hati2 lho pak, takut kena post power syndrome. Itu, kalo orang dah kebiasaan sibuk terus tiba2 santai nanti timbul "jetlag". biasanya jadi uring2an.. Tapi bapak mah engga
gitu lah.. lha wong beban bapa aja masih overload.. he3x
Pram, betul, ketidakikhlasan pangkal ketidakbahagiaan.
mas calvin, membaca komen2 mas calvin hati saya selalu teduh. thx ya.
Post a Comment