Thursday, April 13, 2006

Cermin - 06


Sukses


Sukses kerap tergantung pada ketepatan pilihan kita. Dan komitmen kita terhadap apa yang kita pilih itu.

Michael Owen, di Liverpool ia adalah pujaan. Selalu jadi pilihan utama. Boleh dibilang ia adalah anak emas Anfield, stadion kebanggaan kesebelasan Liverpoool. Kemudian ia memilih hijrah ke Real Madrid, kesebelasan bertabur bintang asal Spanyol. Waktu itu Liverpool tertatih-tatih, baik di kompetisi lokal maupun Eropa. Dengan maksud mengepakkan sayap Owen pindah ke Madrid.

Apa yang terjadi? Ia malah lebih banyak jadi pemain cadangan. Padahal prestasinya lumayan bagus. Selain di Real ia mencetak sembilan gol. Tapi ia kalah besaing dengan Raul Gonzales dan Ronaldo. Real Madrid sendiri kemudian terseok-seok; baik di kompetisi lokal, maupun Eropa. Justru Liverpool yang tak diduga-duga malah jadi juara Liga Champions Eropa.

Owen pun hanya bertahan satu musim di Real. Ia kembali ke Premiership. Newcastle tempatnya berlabuh. Tapi malang tak dapat diraih. Di klub barunya ia tidak berkembang juga. Malah cedera panjang menghantamnya. Poor Michael Owen.

Lain Owen lain Diego Forlan, pesebakbola asal Uruguay. Dengan optimisme besar ia memilih Manchester United. Tapi kariernya tidak berkembang. Kerap bikin blunder. Alhasil ia pun lebih sering jadi pemain cadangan. Sampai-sampai ada joke Diego for loan (untuk dipinjamkan). Gagal total.

Forlan kemudian “dijual” ke Villareal, Spanyol. Apa yang terjadi? Berhasil. Di klub barunya itu permainannya berkembang. Ia pun jadi andalan klubnya di lini depan. Tidak tanggung-tanggung ia menjadi pencetak gol terbanyak di musim pertamanya. 25 gol. Sama dengan Thiery Henrry di Arsenal. Mereka berdua mendapat sepatu emas, sebagai top scorer Eropa.

Maka, bijaklah memilih. Dan bajiklah melangkah di dalam pilihan itu. Sukses tak akan jauh-jauh.

5 comments:

Anonymous said...

Saya sih setuju saja. Masalahnya, bagaimana tau langkah kita itu tepat, itu yang sulit. Sementara menyesal kemudian tiada berguna, kan?

Anonymous said...

sukses itu bukan final destination lho, tapi proses yang terus berlangsung. Kita ga pernah tau apakah langkah kita itu udah tepat. Owen, suatu analisa yang masuk akal dan tepat kalo dia pindah ke real madrid. Dia pasti dah itung2, tapi eh malah berantakan. Diego, mungkin dia udah hopeless, down, eh malah berbalik jadi ngetop. Kita ga pernah tau hari esok. Hitungan kita mungkin sukses, atau gagal malah, tapi hitungan DIA, kan beda... setuju gak?
Kalo kata orang2 penganut doktrin tertentu bilang "DIA SUDAH ATUR DARI SONONYA" nah lho...

Anonymous said...

Bijak memilih, nah itu dia yang paling sulit. Yang bikin sebuah pilihan menjadi sulit kadang2 ya kita sendiri. Kita yang terlalu takut untuk melangkah. Atau malah terlalu berani melangkah. Kita boleh berhitung. Tapi,Tuhan bisa menjungkirbalikkan semua perhitungan kita. Mungkin yang penting adalah bagaimana kita dengan taat mengikuti kemana DIA membawa kita. Pergi atau tidak, Melangkah atau Diam, selama bersama DIA, percayalah seperti kata RATU "aku baik-baik saja" :))

Anonymous said...

selama kita ngikut rencana Tuhan, pilihan itu tetep di tangan kita kan.. so, mungkin owen harus ngalamin yg forlan alamin dulu di MU, dan mungkin bisa sukses di newcastle, walo gak instant..

manusia kan kadang proses belajarnya begitu ya supaya bisa sukses..

ayub yahya said...

saya setuju dengan micky, apa yang dialami owen dan forlan belum tentu final destination. kan amsih ada kelanjutannya. kadang dibalik cerita sukses tersembunyi malapetaka (kayak joseph estrada). dan dibalik malapetaka kadang tersimpan sukses (kayak megawati dulu tuh)
untuk oceps dan anonymous, saya setuju, yang penting ikut turuti kehendak tuhan. masalahnya bagaimana kita tahu yang ini nih kehendak tuhan? dalam arti umum okelah kita bisa jelas tahu kehendak tuhan. tapi dalam arti khusus kan susah juga. pengalaman mu mengenali kehendak tuhan piye?
mbak speakout, saya punya resep sederhana, tapi belum tentu manjur. jalani saja dengan iman. kalau bukan kehendak tuhan pasti akan kepentok. tapi tentu sambil kita melatih kepekaan kita akan kehendaknya. gimana setuju?