Wednesday, April 12, 2006

Catatan Harian - 354a

Semalam selesai PA, teman-teman dari GKI Bektim ngajak makan. Hitung-hitung nostalgia, kata mereka. Kita makan di Seafood 212 Kelapa Gading. Dulu waktu masih di GKI Bektim, sering tuh selesai acara di gereja saya jalan bareng. Kalau dengan remaja dan pemuda biasanya makan. Kadang cuma makan roti bakar di pinggir jalan. Kalau dengan anak Sekolah Minggu, biasanya ke Gramedia Matraman. Atau berenang ke Tirta Mas.

Saya pikir, sebaiknya pendeta tuh jangan hanya duduk di “menara gading”. Ia juga harus lebur dengan jemaatnya. Jadi akrab. Jangan ada jarak. Tapi karena sikap itu, pernah saya dikritik. “Ga ada wibawa.” Bisa saja sih kritik itu benar. Dulu itu, dan juga sekarang, saya ga pernah mikir soal harus punya wibawa. Soalnya saya pikir, wibawa itu bukan sesuatu yang harus dicari.

Pagi saya ditelepon seorang teman. Ia bilang, Demuda disindir-sindir akan bubar seiring kepindahan saya. Saya “geli” bercampur sedih. Gelinya karena yang nyindir itu justru orang yang seharusnya membimbing Demuda. Kalau ia tahu Demuda akan bubar, mbok ya bimbing gitu. Bukannya disyukurin. Sedihnya, di gereja koq ada ya orang yang senang melihat yang lain gagal, dan susah melihat yang lain berhasil.

O ya, Demuda itu wadah persekutuan buat warga jemaat dewasa muda (usia 25-40 tahun sudah atau pun belum menikah). Di bawah naungan Komisi Pria. Di GKI Kayu Putih masih Komisi Wanita dan Komisi Pria. Kalau di Jemaat lain sudah lebur jadi Komisi Dewasa. Beberapa teman dan saya membidani Demuda, dari gagal total dan ditinggalkan pengurusnya sampai menjadi hidup. Pendek kata cukup “menjanjikan”. Sampai ada yang nyebut “bayi ajaib”.

12 comments:

Anonymous said...

Masalahnya, banyak yang di gereja pengennya cari popularitas pak. Jadi, kalau ada yang lebih ngetop dari komisinya, serasa dunia runtuh hehehe..

Anonymous said...

Pak Ayub, ada rencana kotbah di GKI Jatinegara enggak?Aku sekarang kebaktian disana. Pengalamanku pindah-pindah tempat kerja, small church sepertinya bisa lebih homy, ya seperti GKI Jatinegara, salah satu gereja di Samarinda, dan tentunya GKI Sudirman hehehe.

Anonymous said...

Ada teman saya, seorang hamba Tuhan, dia dikritik justru karena dekat dengan jemaat tertentu. Terutama yang kalangan atas. Akhirnya, ia memutuskan mendirikan gereja baru. Tapi, jemaat-jemaatnya pada ikut juga. Pendeta banyak yang jadi idola. Mengapa orang kristen lebih suka ikut pendeta dari ikut Yesus ya?

Anonymous said...

Ternyata dalam dunia suci pelayanan pun ada acara saling sentil ya? kayak republik bbm nya si taufik savalas di indosiar aja. "sentil sana sentil sini, yang kesentil harus bijak"

Inget - inget nih kalo nyentil: orang bisa sakit hati. dan kalo kita kesentil, inget: kemarahan kita bisa memicu kemarahan orang.

tapi kalo ga menyentil, inget: orang ga akan nyadarin kesalahannya. kalo ga kesentil, inget: kita bisa terpuruk oleh karena kesalahan kita sendiri.

selamat saling menyentil dan kesentil.

salam,

pram

Anonymous said...

positif thinking aja pak, mungkin yang nyindir itu bener2 butuh bapak, dan minta bapak balik lagi. cuma cara nyampeinnya muter2 aja, gengsi kali.. Mungkin juga dia pengagum bapak..

Anonymous said...

saya sendiri di tempat pelayanan yg akan saya tinggalkan ( cieh ikut2an pak Ayub aja ) sering disindir2 dibilang udah matrealistis lah, dsb...

ya hati orang kan Tuhan yang tau...

tentang tempat pelayanan, ya semakin besar semakin banyak orang dan butuh banyak komunikasi. kadang karena banyak orang itu, kita jadi ga saling kenal dan sering terjadi konflik.

Anonymous said...

emang susah jadi pelayan Tuhan. Kalo pindah ntar dibilang ga tahan uji, ga setia sampe matilah dsb.. Kalo ga pindah, hati berontak terus.. Eh begitu pindah, pengalamannya terulang lagi.. repot.. gimana dong?

ayub yahya said...

disamping yang minor2 tadi, tentu saja banyak yang baiknya juga sih di gereja. pak hedge betul, jemaat makin besar. makin susah ngurusnya ya, pak. :)))
calvin, saya setuju, segala setuju kalo dipikir secara positif akan lebih ringan. tapi yang pasti bukan karena mereka pengagum sayalah hehehe. tapi lebih seperti dibilang anonymous, ada saja yang atas nama pelayanan di gereja dengan cara pandang keliru. buat lukas, emang menyedihlah lah kalo jemaat ikut pendetanya. pasti ada yang salah. prinsip pelayanan kristani kan "Dia harus makin bertambah, kur hars makin berkurang." (Dia=tuhan yesus, aku=diri kita)
pahala, kamu digki jatinegara pak joseph theo?

Anonymous said...

Iya Pak Joseph Theo. BTW, enggak nyangka nih, Pak Ayub produktif sekali nulis buku, sampai bikin blog sendiri. Aku masih inget waktu masih di Sudirman,Pak Ayub pake baju terbalik hahaha. Sorry nih aku bukannya kasih komen malah bernostalgia.

ayub yahya said...

saya pakai baju terbalik untuk ilustrasi renungan loh waktu itu hehehe. nekad juga emang waktu itu, simulasi renungan dengan pakai baju terbalik

Anonymous said...

jemaat makin besar berarti makin besar yg dipercayakan Tuhan pada kita, ya kayak perumpamaan tentang talenta

Anonymous said...

Nanya nih.
Saya dari bandung. Saya biasa beribadah di GKI Maulana Yusuf, bandung. Di situ ada juga persekutuan mirip dengan Dewasa Muda, namanya Dewasa junior. Saya sering ikut kegiatan-kegiatannya. Alasan dibentuknya kira-kira sama dengan Dewasa muda. Sekarang ini kita mengalami kesusahan ditinggal satu per satu pengurus sehingga tinggal beberapa orang saja, dan kita bingung akan dibawa ke mana persekutuan ini. Mungkin Pak Ayub atau yang lain bisa share apa yagn harus dilakukan, mungkin juga program kerja ,dll? Saya prihatin dengan keadaan ini dan ingin berbuat sesuatu, tapi tidak tahu harus ngapain