Salomo
Siapa yang tidak kenal salomo. Pada usia muda dia sudah menjadi orang nomor satu di Kerajaan Israel Raya, mewarisi tahta Raja Daud, ayahnya. Batas kekuasaanya sangat luas; mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai tapal batas Mesir (1 Raj. 4:21). Sepeninggalan Raja Daud, Kerajaan Israel memang sedang berada di puncak kejayaan.
Siapa yang tidak kenal salomo. Pada usia muda dia sudah menjadi orang nomor satu di Kerajaan Israel Raya, mewarisi tahta Raja Daud, ayahnya. Batas kekuasaanya sangat luas; mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai tapal batas Mesir (1 Raj. 4:21). Sepeninggalan Raja Daud, Kerajaan Israel memang sedang berada di puncak kejayaan.
Dia seorang yang pintar, diyakini banyak menulis wejangan hikmat; baik berupa peribahasan, sajak, pepatah, maupun kata-kata mutiara. Kitab-kitab Amsal (bahasa Ibrani: masyal), Pengkhotbah (qohelet), dan Kidung Agung (syir-hasysyirim), menurut tradisi dianggap ditulis oleh atau berasal dari Salomo.
Dia seorang yang saleh, ketika Tuhan menawarkan kepadanya, “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu”, Salomo tidak lantas aji mumpung, misalnya dengan minta kekayaan lebih banyak atau kerajaannya tambah jaya. Dia hanya minta hikmat. Itu pun bukan untuk dirinya sendiri, tetapi supaya dia bisa memimpin bangsanya dengan baik dan benar (1 Raj. 3:1-15).
Seandainya saja setiap pemimpin bangsa-bangsa di dunia ini memiliki kesalehan seperti Salomo; tidak kemaruk harta atau kekuasaan, betapa akan tata tentramnya bumi ini. Banyak sudah terjadi dalam sejarah, ketamakan dan kerakusan para pemimpin pada akhirnya bukan hanya menjerumuskan diri mereka sendiri, tetapi juga menyengsarakan rakyat banyak yang tidak bersalah.
Dia juga seorang yang bijaksana. Kasus “monumental” yang pernah ditanganinya adalah kisah dua orang wanita yang sama-sama mengaku diri sebagai ibu dari seorang bayi. Tidak ada bukti material. Ketika itu belum dikenal DNA, yang bisa membuktikan orang tua kandung seorang anak. Yang ada hanyalah pengakuan kedua wanita itu, yang tentunya sangat subyektif.
Perkara sangat sulit? Bagi orang kebanyakan barangkali iya, tetapi tidak bagi salomo. “Potong bayi itu menjadi dua, dan berikan masing-masing satu potong kepada kedua wanita itu!” begitu katanya. Tentu, gegerlah hadirin yang mendengar; bagaimana mungkin seorang bayi dipotong menjadi dua?! Tidakkah itu tindakan yang sadis tidak berperikemanusiaan?!
Akan tetapi, toh kita semua tahu akhirnya. Kisah itu berakhir bahagia; kebenaran terungkap, siapa ibu kandung sang bayi siapa bukan ketahuan juga. Sebab di dunia ini mana ada seorang ibu yang rela anak dari kandungannya dipotong menjadi dua. Dia akan lebih rela mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi sang anak lepas dari nestapa mengerikan itu. (to be continued)
No comments:
Post a Comment