Saturday, April 22, 2006

Renungan Sabtu - 01


Yudas Iskariot

Orang banyak mengenalnya. Paling tidak, pernah mendengar namanya. Bahkan sepanjang sejarah orang mengingatnya dan....... mengutuknya! Ya, siapa yang tidak tahu Yudas Iskariot, sang pengkhianat Tuhan Yesus. Namanya pun sudah identik dengan pengkhianatan. Entah berapa banyak versi drama tentang dirinya yang telah ditulis dan dipertunjukkan pada setiap masa raya Paskah.

Tetapi tahukah Anda kenapa Yudas sampai mengkhianati Tuhan Yesus, Gurunya sendiri? Pasti bukan karena uang. Sebab kalau karena uang, kenapa setelah mendapatkan uang itu ia malah membuangnya? Pula, kenapa hanya 30 uang perak? Sungguh sebuah harga yang kecil. Kalau mau, Yudas bisa mendapatkan uang lebih banyak lagi. Para pemimpin agama Yahudi ketika itu tentunya akan mau membayar berapa pun yang Yudas minta untuk menyerahkan Tuhan Yesus.

Juga pasti bukan karena Yudas membenci Tuhan Yesus. Buktinya setelah ia berhasil mencelakakan Tuhan Yesus, sebaliknya dari senang Yudas malah sedih dan menyesal. Begitu menyesalnya, sampai-sampai ia gantung diri.
Lalu Karena Apa?

Ini pertanyaan yang sulit dijawab. Lebih-lebih karena Yudas sudah terlanjur dicap buruk. Sehingga seakan-akan tidak ada kebaikan sedikit pun dalam dirinya. Orang hanya tahu Yudas itu pengkhianat. Titik. Tetapi jarang mencoba mencari tahu, kenapa Yudas sampai tega berbuat begitu.


Mari kita rekonstruksi keadaan pada masa itu.

*

Pada waktu itu bangsa Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Orang Yahudi memiliki pengharapan mesianis; pengharapan akan datangnya Mesias, Sang Pembebas, yang akan menjadi pemimpin nasional dan mengembalikan kejayaan mereka seperti pada masa Raja Daud. Pengharapan itu sudah muncul jauh sejak zaman pembuangan di Babel ratusan tahun yang lalu.

Di pihak lain, Tuhan Yesus adalah tokoh yang sangat populer. Dia adalah tokoh dengan kharisma sangat besar. Kata-katanya penuh kuasa. Dia begitu populer sehingga dapat menghimpun orang dalam jumlah besar. Dia juga bisa membuat banyak mujizat yang luar biasa.

Sebagai salah seorang yang dekat dengan-Nya, Yudas tentunya menyadari potensi ini. Bahkan sejak awal tampaknya Yudas sudah tahu, bahwa Tuhan Yesus bukan tokoh sembarang tokoh. Bisa jadi karena itu juga ia mau mengikuti-Nya dan menjadi murid-Nya.

Tetapi kemudian rupa-rupanya Yudas jadi kecewa. Sang Guru bukannya segera menghimpun kekuatan massa untuk mengusir penjajah Romawi, Dia malah mengajarkan tentang mengasihi musuh dan memberkati orang yang menganiaya. Sang Guru bukannya aktif dalam pergerakan revolusi, Dia malah sibuk mengurusi orang-orang miskin dan terbuang.

Padahal seperti orang-orang Yahudi lainnya, Yudas juga sangat mencintai bangsanya. Ia ingin agar bangsanya terbebas dari cengkraman penjajah Romawi. Ia rindu melihat bangsanya berkembang menjadi bangsa yang besar, seperti pada zaman Raja Daud dulu.

Tampaknya Yudas lantas berpikir begini: Mungkin Sang Guru harus dipaksa untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Sang Guru harus diperhadapkan pada situasi dan kondisi dimana Dia tidak dapat mengelak untuk betindak. Kalau sampai itu terjadi, Yudas sangat yakin orang banyak akan berada di belakang-Nya. Tuhan Yesus hanya tinggal memerintahkan. Dan revolusi akan pecah.

Maka dibuatlah skenario "ciuman maut" di Taman Getsemani. Dan terjadilah tragedi itu. Tragedi yang membuatnya begitu merana dan menyesal, sampai-sampai ia mengambil jalan pintas gantung diri.
Yudas tidak pernah berpikir akhirnya akan seperti itu. Ia sama sekali tidak menduga, Tuhan Yesus akan membiarkan diri-Nya ditangkap tanpa perlawanan. Ia telah salah perhitungan, ternyata ambisinya malah mengundang tragedi. Tetapi apalah artinya sesal, nasi sudah menjadi bubur.

*

Jadi sebetulnya, dalam hati Yudas tidak sedikit pun terbersit keinginan untuk mencelakakan Tuhan Yesus. Seperti para murid yang lain, ia sangat mengagumi dan hormat terhadap Gurunya itu. Yudas hanya salah langkah, telah memaksakan keinginan dan caranya sendiri untuk Tuhan Yesus lakukan. Itu saja. Sejarah telah mencatat, betapa keinginan dan ambisi pribadi yang dipaksakan terhadap orang lain kerap mengundang tragedi. Kisah Yudas hanya salah satu contoh.

Kisah Yudas juga membuktikan, bahwa cinta tidaklah bisa diwujudkan dengan menghalalkan segala cara. Pun cinta kepada bangsa dan negara. Cinta terhadap apa pun dan diapa pun tetaplah harus didasarkan pada koridor kebenaran yang berlaku. Cinta tanpa kebenaran adalah cinta yang membabi buta. Cinta yang membabi buta hanya akan menciptakan bencana.

**Dari Buku: Bersyukur Itu Indah - Ayub Yahya

12 comments:

Anonymous said...

wah, agak surprise juga tulisan bapak ttg Yudas. Bp nulis seolah2 Yudas itu sebenarnya ga jahat, menghormati gurunya, cuma caranya yang kata bapak salah. Saya agak kurang setuju neh, setau saya injil ada jelasin karakter Yudas yang suka mencuri dari uang kas (Yoh 12:6), Iblis juga yang merasuki Yudas untuk mengkhianati Yesus (Luk 22:3). Bisa jadi Yudas sakit hati karena Yesus menegur ia (Karna yesus tau hatinya). Intinya, Yudas tuh jauh deh dari yang bapak ceritain. Dia tidak menghormati gurunya, dia tidak mencintai gurunya, dia membenci gurunya. Gimana pak?

ayub yahya said...

hi, micky, thx responnya. masalahnya, kalo yudas membenci tuhan yesus, kenapa ia koq begitu menyesal setelah ternyata tuhan yesus ditangkap, bukannya senang?
saya ga bilang yudas orang baik (karena itu saya juga jelas menolak injil yudas yang baru-baru ini diributkan itu loh). tapi saya rasa koq murid lainnya juga punya "maksud" terselubung dengan mengikut tuhan. buktinya mereka pernah ribut soal siapa yang terbesar?

Anonymous said...

drama yudas iskariot mengandung banyak pesan. barangkali salah satunya: penyesalan selalu datang terlambat.

soal "uang". bisa jadi yudas sekian lama jadi bendahara akhirnya memutuskan untuk jatuh dalam "dosa uang". terus karena ada dramatisasi tokoh junjungannya ditangkep, dia trenyuh, terharu dan menyesal, bentuk penyesalannyanya adalah dia lempar hasil uang menjual gurunya.

lagi, setelah drama penyalipan 'kan ada drama gantung diri, yang tokoh utamanya si yudas kan?

jadi waspadalah..waspadalah.. sebelum menyesal.

salam,

pram

Anonymous said...

Kita dah pernah bahas bhw jadi kristen tidak berarti hidup kita seperti malaikat. Kita masih di bumi, masih ada daging, jadi JATUH dlm dosa adlah manusiawi. Sama spt murid2 yesus. dalam perjalanan ngikut yesus, kadang2 godaan dunia (materi/ego dll) itu ada . Istilah bp "maksud2" terselubung. kita pasti pernah ngalamin tapi bagi yang tulus ngikutnya, pasti cepet sadar. Yudas naik darah setelah Yesus menegurnya waktu ada perempuan yang ngurapin Yesus di dpn orang banyak. Dia tersinggung terus marah. dan marahnya kalo sy bilang dah kelewatan. Senakal2nya murid ga keterlaluanlah. Kita mungkin pernah marah sama pdt kita, tapi untuk ngebunuh kaya kasus pembunuhan 2 gembala sidang beberapa waktu lalu, wah itumah keterlaluan. Jadi selama ngikut TUHAN hatinya itu dendam terus. Dia nyesel kenapa? Memang mungkin dia pikir Yesus cuma ditangkap ga sampe dibunuh. Nyesel juga manusiawi, sama spt kasus pembunuhan gembala tadi. Tapi sampe mikir bunuh or nyerahin Tuhan/gurunya.... Keterlaluan.

Anonymous said...

pertanyaan dari saya..
kan Yesus udah tau apa apa yang bakal terjadi sama diriNya, lalu kalo Dia tau Yudas itu orangnya gak baik, kenapa dong yudas dipilih jadi murid2 pertamaNya??

apa Yesus salah pilih orang?

saya setuju ma kang ayub, bahwa yudas adalah murid yang mengharapkan RAJA yang besar, yang terkenal, yang menunjukkan kekuasaannya sebagai raja, dan kecewa dengan Yesus yang dia lihat...

Anonymous said...

hehehe... lho.... murid murid yang laen kan juga pada dasarnya ga baik. ada yang kurang percaya. ada yang keras kepala. ada yang pernah menyangkali sebelum ayam berkokok. ada yang "rebutan" siapa yang terbesar?

tapi di akhir cerita. yang laen tidak berkhianat seperti yudas kan? ya barangkali prinsipnya gini: siapapun, betapa kurangnya seseorang, bisa saja dipakai Tuhan buat jadi partner. Toh Tuhan pasti mengatasi kelemahan mereka. tapi pilihan untuk setia atau berkhianat, 100% di tangan mereka nya itu sendiri. yudas memilih untuk berkhianat. yang lain memilih untuk tetap setia.

mohon petromak babah ayub.

salam,

pram

Anonymous said...

wah....jadi banyak pertanyaan nih...emang Yudas penuh dengan "misteri"...pokoknya mo kayak apa tuh si Yudas, gue gak mau jadi Yudas...mending jadi Thomas deh...

ayub yahya said...

banyak pertanyaan seputar yudas yang masih misteri. intinya saya setuju pram, murid lain ga lebih baik dari yudas. bedanya yudas mengambil keputusan tragis. yang lain ga dan dipulihkan.

Anonymous said...

saya suka dgn pesan yang ingin disampaikan pak ayub. Maksud saya illustrasi yg bp berikan cukup fenomenal. Tokoh yang dianggap jahat,pengkhianat tapi bapak ganti jadi tokoh yang baik. ini yang bikin seru pak. Anyway, this is a good discussion

ayub yahya said...

hanya sudut pandang saja, mic. yudas memang tokoh yang tokoh kontroversial

Anonymous said...

apa sih jahat? apa sih baik? wong baik juga gak menyelematkan kok...hehehe....gue malah setuju ama pandanga om Ayub nih. Gue dari dulu bingung ama si Yudas, kok jadi org berpikiran pendek, coba diandaikan Yudas gak gantung diri, trus ikut menyaksikan kebangkitan Yesus, rasa2nya julukan org bahwa kristen adalah buatan Paulus dan Petrus akan berganti menjadi "buatan YUDAS"...

ayub yahya said...

betul gold. manusia itu ga hitam putih. dibalik yang jahat pasti ada baiknya. di balik yang baik pasti ada jahatnya. itulah sebabnya kita selamat kan bukan karena amal baik.