Siang hujan deras. Saya paling senang kalo lagi hujan begitu, duduk-duduk di teras. Lihat tetes-tetes hujan ngebasahi rumput, tanaman, pagar, halaman. Rasanya damai gitu. Dulu waktu kecil, saya suka banget main hujan-hujanan.
Saya ingat sekitar dua tahun lalu, saya dan keluarga masih tinggal di Jatimulyo, Jogja. Hujan deras. Saya ajak Kezia main hujan-hujanan. Karen masih terlalu kecil. Jadi ia ga ikutan. Kebetulan di depan rumah sawah baru habis panen. Senang banget tuh. Kami main kejar-kejaran, main bola, nyari kodok. Besoknya Kezia flu. Dewi ngomel :). Tapi Kezia ga kapok. Saya juga hehehe.
Pengen juga sih sekarang main hujan-hujanan. Cuma, kalau nanti dilihat jemaat gimana? Kalau yang ngelihat itu “netral”, ga akan jadi masalah. Lha, kalau yang ngelihat itu kebetulan punya “masalah” dengan saya, bisa jadi bahan gosip tuh. Mendingan menahan keinginan itu dalam-dalam deh :). Pendeta: 100 kepala, 100 sorotan.
Malam acara ceramah dewasa muda (DEMUDA) di gereja. Nara sumbernya Rm. Franz Magnis-Suseno. Saya moderator. Temanya seputar Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU-APP). Yang lagi heboh pro-kontra.
Rm. Magnis dosen waktu saya kuliah di STF Driyarkara. Saya mengaguminya. Rasanya semua bukunya saya punya. Hampir semua kuliahnya saya ikuti. Ngajarnya enak. Yang sulit bisa jadi gampang dijelaskan Romo. Ia juga sangat rendah hati. Luar biasa deh. Saya pernah tiga kali jadi moderatornya. Pertama, di Kayu Putih juga. Lupa acara apa. Kedua, di Puncak. Ketika itu gereja-gereja se-Sukabumi bikin acara seputar Pemilu. Rm. Magnis jadi nara sumber. Saya diminta jadi modertaor. Ketiga, malam ini.
No comments:
Post a Comment