Thursday, April 06, 2006

Catatan Harian - 360

Siang pulang Jakarta. Naik Wings Air. Dianter Eko ke bandara. Salah satu enaknya punya teman, dalam banyak hal hidup jadi lebih mudah :). Semoga saya juga bisa jadi teman buat orang lain, seperti Eko buat saya.

Eko, saya kira, termasuk orang yang sudah memiliki kebebasan finansial. Menurut istilah Robert Kiyosaki. Toko rotinya di Klaten maju and sudah bisa jalan sendiri. Ia tinggal ngawasi. Ia jadi punya cukup waktu buat yang laen-laen; keluarga, nyalurin hobi, pelayanan, dsb.

Tapi kondisi bebas finansial ini ada “bahayanya”, kalo lantas jadi stagnan. Ga ada tantangan lagi. Ga terpacu. Hidup serba rutin. Itu-itu saja. Akibatnya jadi membosankan. Bikin jenuh. Jadi walo sudah bebas secara finansial, tetap butuh kreatifitas untuk beraktifitas.

Makan si Suharti jalan Adi Sutjipto. Ada teman dari Jakarta, yang kalo ke Jogja mesti nyempetin makan di Suharti situ. Saya tanya, kan di Jakarta juga ada Suharti? Ia bilang, ayamnya laen :). Entah deh lainnya di mana. Menurut saya sih sama saja. Mungkin karena saya tidak punya “kecerdasan ayamial”. Jadi nggak bisa bedain mana ayam Jogja mana ayam Jakarta :)).

Pesawat delay lebih dari sejam. Lihat-lihat buku di toko buku bandara. Ketemu buku pesanan Kezia dan Karen. Beli beberapa biji. Sampai di Jakarta hampir jam 4. Dijemput Dewi, Kezia dan Karen. Duh kangennya. Ini salah satu nikmatnya berkeluarga; ada yang ngangenin dan dikangenin. Thank God buat keluarga.

13 comments:

Anonymous said...

hidup bebas finansial emang bahaya.. kita jadi ga gantung sama Tuhan.. setuju ga pak ?

Anonymous said...

sepanjang kita ga menjadi takabur dengan kondisi "bebas finansial" itu ngga apa-apa dong. Apalagi bisa menggunakannya dan mengarahkannya secara positif. Kita ngga menjadi 'hamba uang' lagi. kita yang 'berkuasa' atas hidup kita.

Anonymous said...

kita manusia tuh suka "macem-macem" ya. Nggak bebas finansial salah, bebas finansial juga salah. ha5x. Apa bebas finansial itu harus selalu searti dengan "menjadi kaya", pak ayub?

ayub yahya said...

bebas finansial, intinya kita tidak menukar waktu dengan uang. menurut saya sih bebas finansial perlu. dengan bebas finansial, standar hidup kita tidak berkurang, tapi kita jadi punya banyak waktu buat yang lebih penting; keluarga, pelayanan, dsb.

Anonymous said...

sing penting nek urip niku ojo "mbablas". nyadar nek sakgala galane ono batesane. pacaran ono batesane. luru rejeki ono batesane. nyantai ono batesane. dolan, mangan, turu yo ono perbatesane. sing arane pelayanan pun ono perbatesane. eling!! nek wis "teka ning perbatesan".. sekali maning eling.. ojo "mbablas"!

salam,

pram

Anonymous said...

mas pram, terjemahin dong bahasanya. ga ngerti neh...

Anonymous said...

sama, pak john. saya juga ga ngerti. cuma tau "bablas" dan "perbatasan". Jadi, kesimpulan saya, mas pram mau bilang dilarang menerobos perbatasan. Dalam arti seluas-luasnya. Tul ga mas pram?

Anonymous said...

lha itu sudah ngerti?? ya intinya sih sudah tepat...
btw yang punya blog nya ngerti ga ni?

salam,

pram

Anonymous said...

matakna mung hirup teh kudu waspada. nyadar atuh mung sagalana teh aya batesna. bobogohan aya batesna. neangan rejeki aya batesna. ngaso aya batesna. ulin, dahar, sare oge aya batesna. nu ngarana pelayanan pun aya batesna. ka eling! mung geus "nepi ka perbatasan"... sakali deui: eling!! ulah gegabah...

best regard,

pram

ayub yahya said...

masalahnya, dari mana kita tahu bahwa itu tuh sudah batasnya? hayo.

Anonymous said...

kalau di sepak bola ada line's man nya. Nah, siapa dong 'penjaga garis batas' itu. Kalau saya yang suruh jaga sendiri, aduh biyung... bisa bablas terus. Pak ayub, koq nanya balik? Tolong domba-domba ini dituntun he5x

Anonymous said...

batasnya menurut saya diukur dari prioritas, apapun itu ntah uang, hobi, pasangan hidup dan sebagainya, kalo melebihi kasih kita kepada Tuhan ya namanya udah kelewat batas.

ayub yahya said...

hehehe saya pikir kwek-kwek tuh bebek, ternyata domba yahhhh.... j/k
saya setuju dengan pak hedge, batasnya jangan sampai melebihi kasih kita kepada tuhan.
atau lebih sederhana, batasnya jangan sampai kita untuk sesuatu yang sementara kita korbankan hal-hal yang memiliki nilai kekekalan.
misal, demi uang mengorbankan iman atau persaudaraan.