Friday, October 06, 2006

Catatan Harian

Day - 178

Kamis, 5 Oktober 2006 -- Hari ini, pagi ada persekutuan bersama pendeta dan preacher ORPC semua kongregasi. Pulang sempat makan siang dan ngorbol dengan beberapa teman. Malam ada gladi resik kebaktian pemberkatana dan peneguhan nikah. Saya sudah puluhan kali pimpin kebaktian pemberkatan dan peneguhan, tapi inilah yang paling "ribet" :). Harus ada latihan, dsb. Maklum kan bagaimana pun ini yang pertama saya pimpin di sini. Dan di sini pernikahan ga sesering kalau di Indonesia. Katanya pemberkatan dan peneguhan nikah terakhir yang dipimpin pendeta GPBB sendiri sekitar 5 tahun lalu.

Di sini saya tinggal di sebuah apartemen di daerah Hillview. Sesuai namanya itu daerah perbukitan. Banyak pohon. Tertata baik. Jujur, ini adalah tempat tinggal “terbaik” yang pernah saya tempatin. Kondisi rumah oke. Lingkungan oke. Lengkap dengan berbagai fasilitas olah raga dan play ground buat anak-anak. Membayangkan pun sebelumnya tinggal di tempat seperti ini saya ga berani deh :). Tapi saya koq jadi “takut”. Pakai tanda petik. Sungguh. “Takut” nanti anak-anak menjadikannya sebagai “standar”. Sehingga kemudian ga bisa lagi kembali ke “bumi”.

Ada kan ungkapan, “Kita harus meningkatkan standar hidup.” Saya ga setuju dengan ungkapan itu. Menurut saya yang harus ditingkatkan tuh bukan standar hidupnya, tapi kemampuan untuk meraih standar itu. Standarnya sih biar tetap saja. Misalnya begini. Standar hidup kita sepeda motor. Nah, sepeda motornya biar saja itu tetap menjadi standar kita. Ga usah kita tingkatkan. Yang perlu kita tingkatan adalah kemampuan kita agar bisa meraih melampaui sepeda motor. Bisa mobil atau lebih dari itu. Sehingga kalau pun suatu saat nanti kita harus kembali ke sepeda motor, kita ga apa-apa. Bahaya kalau standar hidupnya yang ditingkatkan. Kalau misalnya kita sudah mencapai standar itu, lalu kemudian kita "jatuh". Kita jadi ga bisa lagi menikmati apa yang ada.

Aparteman yang saya tempati sekarang buat saya tetaplah bukan standar saya. Ini terlalu tinggi buat standar saya. Walau bukan berarti saya ga menikmatinya loh. Tentu saja saya menikmatinya. Tapi standar saya sih tetaplah rumah kontrakan saya di Yogyakarta dulu. Sebuah rumah tua, ubinnya pun dari tegel lama. Masih ada sumur di bagian belakang. Pokoknya sangat sederhana. Dikelilingi sawah. Di samping ada halaman yang rindang dengan pohon belimbing, mangga dan rambutan. Tempat tinggal yang sekarang saya anggap bonuslah.

5 comments:

Anonymous said...

Pemberkatan nikah di gpbb terakhir masi tahun lalu kok :D siapa yg kasi info yg terakhir 5 taun lalu? Seingat saya, beberapa tahun terakhir ini ada beberapa.

ayub yahya said...

hehehe, yang kasih info 5 tahun juga katanya seingat dia tuh :))

Anonymous said...

lebih dari 5 th yg lalu tuh...yang dipimpin gembala GPBB sendiri. Yg tahun lalu dipimpin pendeta ORPC atau pdt GPO. hehe pak Ayub salah nangkap.Baru kali ini lagi, liturgi pernikahan diurus GPBB sendiri.

Paulus Iman said...

Tapi Pak Ayub, bagi sebagian orang, jika standar hidup mereka sudah terpenuhi jadinya malah berpuas diri, ga mau berusaha untuk lebih maju lagi.

ayub yahya said...

3sth3r, hehehe betul saya salah tangkap tuh. sori2. sudah saya koreksi.
paulus iman, tapi kadang2 mengikuti kepuasan diri tuh ga ada batasnya loh. yang baik tuh menurut saya, bisa menikmati yang ada. tapi sikap ini kalau berlebihan repot juga, orang jadi ga terpacu buat maju :).