Saturday, October 28, 2006

Renungan Sabtu - 25


Kenangan


Malam ini hujan. Cukup deras. Saya duduk di teras depan rumah. Sendiri. Belum seminggu saya pindah rumah; masih sangat berantakan, dan banyak debu. Anak-anak dan istri saya masih tinggal sementara di rumah mertua. Rencananya setelah semuanya beres mereka baru menyusul.

Saya memandang titik-titik hujan jatuh di atas rumput, di atas tanaman, di ujung teras, di pagar. Berlatar belakang gelapnya malam. Sesekali, cahaya lampu mobil lewat menerebos masuk. Ada rasa tentram yang menyelinap ke dalam hati. Entah. Barangkali itu adalah reaksi dari kelelahan fisik dan kegalauan batin yang saya alami beberapa hari terakhir; istri baru melahirkan lewat operasi caesar, lalu pindahan rumah, lalu pembantu pulang kampung. Kelegaan, bukankah kerap mengiringi saat-saat berat dalam hidup bila semuanya itu berlalu?

Tanpa saya mauin pikiran saya jadi mengembara ke masa-masa lalu. Pada masa kanak-kanak; kalau dikenang, itulah masa-masa manis dalam hidup saya. Betul, di sana tidak selalu ada kelimpahan, bahkan lebih kerap keserbaterbatasan. Betul, di sana tidak selalu ada keriangan, bahkan lebih kerap air mata yang terurai.

Pada masa remaja ketika saya aktif di gereja; kalau dikenang, itulah masa-masa menyenangkan dalam hidup saya. Di sana, tidak selalu memang keberhasilan saya gapai dan nikmati; tidak selalu harapan dan keinginan menjadi kenyataan. Bahkan tidak sedikit kegagalan saya alami, tidak sedikit keinginan dan harapan yang menguap tanpa pernah menjadi kenyataan.

Pada masa kuliah di Jogyakarta; kalau dikenang, itulah masa-masa indah dalam hidup saya. Masa dimana saya bertemu dengan diri saya, dan dengan panggilan itu; masa yang menjadi titik balik dalam hidup saya. Ada memang di sana kekecewaan, yang bahkan sampai kini kerap masih tersisa. Ada memang di sana kebodohan, yang bahkan sampai kini kerap masih saya sesali.

Begitulah, masa lalu memang selalu indah bila dikenang. Betapa pun pedih dan getir. Kenangan akan masa lalu selalu menggoda. Tetapi hidup kita toh tidak surut ke belakang. Betapa pun kenangan bukanlah kenyataan. Maka, jangan biarkan ia menjebak dan memenjarakan kita. Supaya kita tidak kehilangan kesempatan untuk merasakan dan menyadari, betapa bernilainya masa sekarang.

Dari Potret Diri Tanpa Bingkai oleh Ayub Yahya - diterbitkan Gloria

No comments: