Minggu, 15 Oktober 2006 -- Hari ini pelayanan khotbah tiga kali. Dua kali di GPBB. Satu kali di GPO. Seperti biasa, khotbah yang pertama "agak kacau". Khotbah kedua dan ketiga relatif lebih "lancar". Mungkin karena sudah lebih "hafal" :). Temanya: Yang pertama dan terutama. Membahas salah satu bagian dari Doa Bapa Kami: Dikuduskanlah Nama-Mu.
Sekolah Minggu GPBB dan GPO outing ke Sentosa Island. Kezia dan Karen ikut. Kebaktian satu tadi "penuh". Banyak orang tua yang nyusul ke acara outing, mereka ikut kebaktian dulu. Kebaktian dua "kosong". Siang ke GPO. Nyari taxi agak susah. Ga tahu kenapa taxi pada ga mau ke Orchad. Heran deh. Biasanya jarak jauh sopir taxi senang. Taxi kelima baru mau. Katanya teman sih mungkin karena shift, atau mau makan siang.
Tadi setelah kebaktian ada ada presentasi dari Esther-Net. Semacam "organisasi" para church yang melayani para TKWI. Di Singapore konon ada sekitar 50.000 TKWI. Saya pikir ini wadah pelayanan yang "strategis". Good. Bravo untuk teman-teman yang mau berkecimpung di sana. Lah, bagaimana ga bravo, pemerintah saja yang semestinya "bertanggung jawab" dengan para nasib TKWI malah cenderung abai koq.
Saya lihat berdasarkan data penjualan buku di kolportase, buku saya yang paling laku tuh yang "Ngejomblo Itu Nikmat" dan "Dimanakah Allah Ketika Aku Menderita". Kalau yang pertama mungkin "wajarlah". Hehehe. Tapi yang kedua dalam konteks komunitas Indonesia di Singapore yang "gebyar", jadi tanda tanya juga loh :). Buku "And They Lived Happily Ever After" juga mulai diperkenalkan.
Sekolah Minggu GPBB dan GPO outing ke Sentosa Island. Kezia dan Karen ikut. Kebaktian satu tadi "penuh". Banyak orang tua yang nyusul ke acara outing, mereka ikut kebaktian dulu. Kebaktian dua "kosong". Siang ke GPO. Nyari taxi agak susah. Ga tahu kenapa taxi pada ga mau ke Orchad. Heran deh. Biasanya jarak jauh sopir taxi senang. Taxi kelima baru mau. Katanya teman sih mungkin karena shift, atau mau makan siang.
Tadi setelah kebaktian ada ada presentasi dari Esther-Net. Semacam "organisasi" para church yang melayani para TKWI. Di Singapore konon ada sekitar 50.000 TKWI. Saya pikir ini wadah pelayanan yang "strategis". Good. Bravo untuk teman-teman yang mau berkecimpung di sana. Lah, bagaimana ga bravo, pemerintah saja yang semestinya "bertanggung jawab" dengan para nasib TKWI malah cenderung abai koq.
Saya lihat berdasarkan data penjualan buku di kolportase, buku saya yang paling laku tuh yang "Ngejomblo Itu Nikmat" dan "Dimanakah Allah Ketika Aku Menderita". Kalau yang pertama mungkin "wajarlah". Hehehe. Tapi yang kedua dalam konteks komunitas Indonesia di Singapore yang "gebyar", jadi tanda tanya juga loh :). Buku "And They Lived Happily Ever After" juga mulai diperkenalkan.
1 comment:
Koreksi pak...;P
TKWI di Singapura ada 50,000 lebih.
Post a Comment